Friday, 26 August 2011

Tatto, Lifestyle Penuh Resiko

Bagi kebanyakan orang, tato seringkali mencerminkan kepribadian yang metal, serem dan anarkis. Makanya banyak orang yang menghubungkan tato dengan premanisme. Tapi jaman sekarang, mulai dari selebritis sampai rakyat biasa, punya tato. Dan bukan hanya kaum pria, para wanita pun kini ramai-ramai men-tato tubuhnya. Mungkin bisa dibilang, tato kini jadi lifestyle, walaupun tdak semua orang begitu.

Beberapa orang mengatakan, punya tato itu pilihan. Tapi, apa tato itu sendiri aman? Semuanya kembali ke diri masing-masing. Dari dulu saya suka sekali dengan seni tato mentato, tapi saya rasa saya tidak akan mau ditato. Ada beberapa alasan mengapa memiliki tato mengandung banyak resiko, dan resiko inilah yang membuat saya tidak akan pernah berani mencoba. Simak beberapa hal berikut.

Larangan Agama

Ini hal yang paling utama. Agama saya melarang adanya tato. Hukumnya haram. Alasannya adalah seperti ini: “Allah melarang umatnya untuk menyakiti diri sendiri dan mengubah segala pemberian-Nya, salah satunya dengan cara mentato tubuh.” Wow. Dengan alasan inilah, saya menolak tato secara mentah-mentah.

Resiko Penyakit Menular

Pasti sudah tau kan proses mem-tato itu melibatkan jarum? Jarum yang ditancapkan ke kulit gunanya adalah untuk memasukkan tinta di kulit bagian bawah. Proses ini menyakitkan menurut saya, terutama bagi orang-orang yang paranoid dengan jarum. Pemakaian jarum suntik untuk tato di beberapa gerai tato tidak bisa dianggap enteng. Resiko penyakit menular sangat besar dengan cara ini. HIV AIDS atau Hepatitis adalah salah dua penyakit menular yang sangat beresiko ditularkan melalui pemakaian jarum suntik yang tidak steril.

Alergi

Ada banyak orang lho yang menderita alergi karena tato. Saya sendiri pernah coba tato termporary di pergelangan tangan. Mungkin karena tintanya murahan atau memang kulit yang tidak cocok, rasanya panas dan gatal. Alergi seperti ini seringkali datang bahkan bisa berujung jadi infeksi, jadi daripada menyiksa diri, saya meyakinkan diri untuk tidak bertato (lagi). Hehe.

Bosan

Saya orang yang bosan. Mungkin satu saat saya suka ini, tapi beberapa waktu berikutnya malah tidak suka. Ini tentu akan jadi sangat merepotkan jika saya punya tato dan bosan dengan gambar atau tulisannya?

Jadi, mungkin saya terlalu banyak alasan, tapi menjadi seorang penikmat tato sudah cukup bagi saya. Terumata jika tato itu memiliki alasan filosofis yang menarik.

No comments: