
Bagi  kebanyakan orang, tato seringkali mencerminkan kepribadian yang metal,  serem dan anarkis. Makanya banyak orang yang menghubungkan tato dengan  premanisme. Tapi jaman sekarang, mulai dari selebritis sampai rakyat  biasa, punya tato. Dan bukan hanya kaum pria, para wanita pun kini  ramai-ramai men-tato tubuhnya. Mungkin bisa dibilang, tato kini jadi lifestyle, walaupun tdak semua orang begitu. 
Beberapa orang mengatakan, punya tato itu  pilihan. Tapi, apa tato itu sendiri aman? Semuanya kembali ke diri  masing-masing. Dari dulu saya suka sekali dengan seni tato mentato, tapi  saya rasa saya tidak akan mau ditato. Ada beberapa alasan mengapa  memiliki tato mengandung banyak resiko, dan resiko inilah yang membuat  saya tidak akan pernah berani mencoba. Simak beberapa hal berikut.
Larangan Agama
Ini hal yang paling utama. Agama  saya melarang adanya tato. Hukumnya haram. Alasannya adalah seperti  ini: “Allah melarang umatnya untuk menyakiti diri sendiri dan mengubah  segala pemberian-Nya, salah satunya dengan cara mentato tubuh.” Wow.  Dengan alasan inilah, saya menolak tato secara mentah-mentah.
Resiko Penyakit Menular
Pasti sudah tau kan proses  mem-tato itu melibatkan jarum? Jarum yang ditancapkan ke kulit gunanya  adalah untuk memasukkan tinta di kulit bagian bawah. Proses ini  menyakitkan menurut saya, terutama bagi orang-orang yang paranoid dengan  jarum. Pemakaian jarum suntik untuk tato di beberapa gerai tato tidak  bisa dianggap enteng. Resiko penyakit menular sangat besar dengan cara  ini. HIV AIDS atau Hepatitis adalah salah dua penyakit menular yang  sangat beresiko ditularkan melalui pemakaian jarum suntik yang tidak  steril.
Alergi
Ada banyak orang lho yang  menderita alergi karena tato. Saya sendiri pernah coba tato termporary  di pergelangan tangan. Mungkin karena tintanya murahan atau memang kulit  yang tidak cocok, rasanya panas dan gatal. Alergi seperti ini  seringkali datang bahkan bisa berujung jadi infeksi, jadi daripada  menyiksa diri, saya meyakinkan diri untuk tidak bertato (lagi). Hehe.
Bosan
Saya orang yang bosan. Mungkin  satu saat saya suka ini, tapi beberapa waktu berikutnya malah tidak  suka. Ini tentu akan jadi sangat merepotkan jika saya punya tato dan  bosan dengan gambar atau tulisannya? 
Jadi, mungkin saya terlalu banyak alasan,  tapi menjadi seorang penikmat tato sudah cukup bagi saya. Terumata jika  tato itu memiliki alasan filosofis yang menarik.
No comments:
Post a Comment