Bemo
KENDARAAN berbentuk lucu dan unik ini dulunya sempat menjadi raja jalanan di sejumlah negara Asia termasuk Indonesia. Bentuk unik dan kapasitas muatan penumpang dan barang yang lebih besar daripada bajaj dan becak membuat Bemo menjadi sarana angkutan favorit di negeri kita era tahun 60-an, 70-an, sampai awal 80-an. Saking lekatnya ingatan orang pada bemo, sampai-sampai bentuknya sering diasosiasikan pada bentuk muka seseorang. Tentu anda masih ingat kan dengan salah satu komedian terkenal Alm. Wahyu Sardono alias Dono Warkop DKI yang sering dijuluki Dono Bemo. Sayangnya, walaupun bemo dulunya sangat terkenal mungkin masih banyak orang yang belum tahu asal usul bemo ini termasuk saya sendiri. Karena penasaran ditambah rasa kangen pengen naik bemo lagi (walaupun sekarang sudah hampir punah), maka dibuatlah artikel ini. Nah, berikut ada sedikit kisah sejarah tentang asal-usul Bemo. |
Sejarah Asal Usul Bemo |
Berawal dari Jepang Bemo adalah salah satu produk dari pabrikan otomotif terkenal Daihatsu. Pabrikan ini dulunya populer sebagai produsen truk kecil beroda tiga. Setelah Toyota mengeluarkan truk beroda empat di tahun 1954 (populer sebagai Toyoace), permintaan atas truk roda tiga Daihatsu terus merosot. Daihatsu kemudian berinovasi mengembangkan kendaraan beroda tiga yang waktu itu boleh dikemudikan pemegang SIM mobil kompak di Jepang. Hasilnya adalah Daihatsu Midget yang mulai dipasarkan tahun 1957. Kendaraan ini berukuran kecil sehingga diberi nama "midget" (kerdil). Daihatsu Midget lalu diekspor ke beberapa negara Asia termasuk Indonesia. Dan, meluncurlah kendaraan Daihatsu pertama di Indonesia: Daihatsu Midget alias Bemo. |
Evolusi Prototip Bemo
|
Mendekati Kepunahan?
Satu keunikan bemo yang tidak bisa dilupakan selain tongkrongan lucunya adalah posisi tempat duduk penumpangnya. Karena di negeri asal, Jepang, bemo hanya dimanfatkan sebagai angkutan barang, maka ketika di negara kita dipasangkan tempat duduk, ruangan yang tersedia menjadi sempit. Apalagi biasanya bemo digunakan untuk mengangkut paling kurang delapan penumpang: 6 di bagian belakang dan 2 di depan, termasuk sang sopir. Karena itu penumpang di bagian belakang seringkali harus beradu lutut, duduk berdesak-desakan. Akibatnya, menumpang bemo dapat menimbulkan kenangan manis tersendiri, khususnya bagi mereka yang mungkin mendapat pacar gara-gara beradu lutut di bemo. Hmm, apakah anda salah satunya?
Sayang, bemo saat ini sudah banyak dihapuskan dari skema angkutan kota karena dianggap sudah terlalu tua, tidak aman lagi dan asapnya menyebabkan polusi. Namun di berbagai tempat bemo masih mampu bertahan dan sulit dihapuskan. Walaupun demikian, nama ‘Bemo’ tetap melekat dan terpatri di benak orang Indonesia. Terbukti apabila mau naik kendaraan angkutan umum orang sering menggampangkan sebutannya dengan naik bemo, meski bentuk kendaraan umum yang dinaiki itu jauh beda dengan bemo. Malangnya nasibmu Bemo, dulu menggemaskan sekarang mengenaskan.
No comments:
Post a Comment