Ane ingin bilang pertama-tama: Orang Indonesia itu pintar-pintar! Baik yang asli pribumi maupun yang keturunan China seperti ane tapi sudah menganggap negara mahakarya ini sebagai tumpah darah ane. Dibandingkan dengan orang lokal, kita ini jauh lebih pintar! Ane nggak asal ngomong, tapi sudah dibuktikan dengan pengalaman. Kenapa bisa begitu?
Pengalaman di Kelas!:
Ane berkuliah di Raffles Beijing Institute, jurusan Multimedia Design. Kuliah ane pakai bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar. Ada sekitar 8 orang Indonesia di bagian Design.Seperti itulah keadaan kelas ane gan. Tapi yang bikin ane bener-bener super sakit hati adalah waktu temen kelas ane yang orang lokal nanya ke ane, “Kamu dari negara mana?”
Dosen ane semuanya bule terutama Kanada. Hebatnya, setelah para dosen memberi lecture… datanglah seorang penerjemah masuk kelas, lalu menerjemahkan semua lecture sang dosen dalam bahasa China untuk para murid lokal.
Gimana ane nggak shock?
Di sekolah ane, ada English Level buat murid-murid yang nggak lulus English Replacement Test. Banyak banget murid lokal tuh yang masuknya masih ke level 1 (ada 6 level total), 2, 3, 4, begitulah. Ane pernah sekali ikut ke level 6 karena ada temen ane yang dimasukin ke level 6, dan ya ampun, ane sampe bilang ke temen ane, “Mon lu sih buang-buang duit dimasukin ke nih level. Ini mah setara pelajaran SMA, bukan pelajaran ala TOEFL atau IELTS!”
Dan hebatnya lagi, waktu itu si guru nanya ke salah satu murid China, “Kamu sudah gagal ujian naik tingkat berapa kali?”
Yang bikin ane shock, si murid ngejawab, “Saya waktu level 4 gagal 4 kali, lalu di level 5 gagal 5 kali, sekarang di level 6 ini saya sudah gagal 3 kali. Ini yang ke-4.”
OMG!
Pusing kepala ane
Si guru sampe ngomong ke ane, “Saya ini bener-bener stress ngajar mereka, walaupun sudah level 6, saya ngomong apa mereka cuma bisa ngangguk-ngangguk padahal nggak ngerti sama sekali apa yang saya omongin. Bagaimana ini?”
DHOENGGGG@#$%$#&^*!!!
Ane bener-bener nggak habis pikir gan
Ane jawab, “印度尼西亚 (yindunixiya, Indonesia dalam bahasa China).”
Mendengar jawaban ane bukannya ngeh, mereka malah mikir sejenak, lalu ngomong, “印度? (yindu, itu bahasa Chinanya India. Indonesia sering disingkat yinni saja di sini).
Ane langsung aja melongo, lalu cepat-cepat menjelaskan, “Bukan India! In-do-ne-si-a!”
Dia tanya lagi, “Wah, saya belum pernah denger. Di mana sih itu?”
Lalu ane jawab, “Di bawah Singapore dan Malaysia.” Temen ane cuma ngangguk-ngangguk sambil ah-oh separo ngerti separo bingung.
Yang membanggakan gan, dari ratusan murid Raffles ini, yang berprestasi semuanya adalah orang Indonesianya. Dari 8 orang Indo di sini, 2 bersekolah Interior Design, 1 Fashion Design, 1 Fashion Management, 2 Design Graphic, 2 Multimedia & Animation (termasuk ane). Senior ane satu lagi baru saja lulus, untuk proyek finalnya ia membuat sebuah video berjudul “Triple Sensation”, mengangkat tema kebudayaan Indonesia terutama batik dan tari Kecak,Begitu banyak prestasi kita anak Indonesia, generasi muda yang notabene adalah pewaris. Masih banyak lagi prestasi anak-anak muda kita di sini, yang rata-rata di setiap sekolah pasti menonjol baik prestasi akademis maupun ekstrakurikuler, seperti 2 pasang pebulutangkis yang mengalahkan orang-orang China dalam pertandingan bulutangkis Indo-China yang diadakan PPI Beijing tahun kemarin, padahal usia mereka baru 17 dan 19 tahun.
Senior ane bener-bener orang yang berbakat, terutama dalam bidang fotografi yang mana setiap fotonya mampu bercerita begitu banyak kata. Sekarang dia sudah pulang ke Bali untuk berkarir di sana.
Dari Interior Design, baru masuk 2 semester, salah satu teman ane sudah terpilih untuk mengikuti lomba merancang bangunan bertaraf internasional. Dari tim yang beranggotakan 10 orang, temen ane adalah satu-satunya orang Indonesia dan satu-satunya junior, yang lainnya semuanya sudah degree sedangkan temen ane masih diploma. Dari puluhan murid, temen ane-lah yang dipilih. Bagaimana tidak membanggakan?
Dari Multimedia dan Graphic, dari sekian banyak murid, hanya ane bertiga yang dipilih karya posternya untuk ditampilkan di festival 450 Years Sao Paulo – Brazil di Beijing, kemarin tanggal 18-19 Desember, dan kini akan dibawa ke Brazil untuk dipamerkan di sana.
Atau Christie, temen saya yang ugal-ugalan dan suka bolos tapi selalu ranking satu di kelas. Dan masih banyak lagi calon bintang yang tak bisa ane sebut satu persatu.
TAPI KENAPA NEGARA KITA TIDAK DIKENAL OLEH MEREKA???
Kenapa saya bilang begini? Lihat saja di tahun 2006, turis China yang pergi ke Malaysia ada 1,5juta turis. Pada tahun yang sama, yang ke Indonesia, hanya 75rb turis. BAYANGKAN!
Malaysia ada apanya sih? Kita punya Bali, Lombok, Karimunjawa, untuk wisata pantai. Belum tempat-tempat lain seperti Raja Ampat dan Bunaken yang terkenal untuk diving. Lalu World Heritage seperti Sangiran dan Borobudur. Tapi kenapa?
Pengalaman ane:
Ane pernah melamar kerja sambilan jadi Public Relation sebuah nightclub & bar di Beijing. Ketika diwawancara, pertama ane hanya ditanya kemampuan berbahasa, lama tinggal di sini, kelebihan, serta jurusan kuliah.Sungguh memprihatinkan sekali, bagi ane dan teman-teman ane masih setiap hari harus menjelaskan DI MANAKAH INDONESIA BERADA.
A: ane
P1 : pewawancara satu
P2 : pewawancara dua
P1: Kamu dari negara mana?
A: Indonesia.
(P1 langsung mengernyit sedangkan P2 seolah berusaha mengingat sesuatu)
P1: Di mana sih itu Indonesia? Saya nggak pernah dengar
P2: Itu lho, di negara BALI.
P1: Oh Bali… oh iya iya. Nona, Indonesia itu di mananya Bali ya?
A: Pak, mari saya jelaskan. Bali itu cuma segini (ane demo pake tangan menggambarkan bulatan kecil), sedangkan Indonesia itu segini gede! (Ane demo pake tangan menggambarkan buletan gede). Gimana Anda bisa tanya Indonesia di mananya Bali? Yang benar itu Bali di mananya Indo, Pak! ”
P2: Oh ya? Maaf, saya nggak tau. Saya kira dulu negara kamu itu namanya Bali.
Ya Tuhan… ane langsung ngelus dada.
Pernah lagi ane wawancara kerja jadi guru privat Inggris di semacam tempat les kayak EF di sini. Lalu ditanya kewarganegaraan saya. Saya jawab Indonesia. Tebak apa yang dibilang si pewawancara?
“Wah, kamu dari Indonesia, ya… Hmm, aduh bagaimana ya? Agak susah, soalnya, kalau dari sana saya agak meragukan kemampuan berbahasa kamu. Kamu kan tidak sebagus Malaysia ataupun Filipina dalam urusan Inggris.”
Langsung aja ane jawab:
“Pak, Anda daritadi bicara dengan saya pakai bahasa apa? Anda merasa mengerti tidak saya bicara apa? Anda rasa saya mengerti tidak Bapak bicara apa? Anda merasa bahasa saya kurang formalkah? Tidak pantaskah?
Dasar kalian orang China itu memang pikirannya picik, cupet, egois (padahal ane sendiri WNI keturunan China )! Saya memang bukan dari negara yang Bapak sebut tadi, tapi bukankah tadi, Bapak bilang bahwa saya sudah pantas menjadi privat tutor?
Pak, saya beritahu ya, saya ini bersekolah di sekolah berbahasa Inggris! Dan sekarang, saya menjabat sebagai sekretaris PPI yang notabene harus bisa berbahasa Inggris lancar – formal! Masih kurang?”
Waktu itu pernah, di kelas bahasa Mandarin ane, ane diberi tugas menceritakan tentang negara asal masing-masing. Ane dan 6 orang Indo lain sudah bersepakat, TIDAK BOLEH MENGUSUNG BALI!
Lalu kita masing-masing mengangkat tema Lombok, Karimunjawa, Borobudur, Aceh, Bunaken, dan Irian Jaya. Teman-teman sekelas berkomentar, “Wah indah sekali! Negara mana itu?”
Kami serentak menjawab dengan bangga, “INDONESIA!”
Lalu mereka bertanya balik, “Di mana itu?”
Dengan jawaban tidak sebangga tadi kami menjawab, “Di bawah Singapore dan Malaysia!”
Mereka serentak ke belakang kelas menuju sebuah peta dunia besar yang digantung di dinding. Ada yang bilang:
“Wah negara ini besar sekali ya… nggak nyangka… Tapi kok saya selama ini nggak tahu ya?”
Rasanya seperti jantung ini ditusuk paku.
Marilah kita generasi muda berjuang, untuk membangun dan membuat bangsa dan negara ini menjadi lebih baik! Sehingga suatu saat negara kita tidak akan dipandang sebelah mata lagi oleh orang-orang di luar sana.
Kalau bukan kita generasi muda yang bangkit berjuang, lalu siapa lagi?
No comments:
Post a Comment