Natalie Langworthy
Natalie Langworthy diberitahu dokter bahwa hidupnya hanya tinggal beberapa minggu lagi setelah pengobatan yang dijalankan sebelumnya gagal menyembuhkan kanker yang diderita. Ia pertama kali didiagnosis menderita lymphoblastic leukemia akut pada Maret 2010.
Setelah didiagnosis ia harus menjalani 4 siklus kemoterapi dan transplantasi sumsum tulang belakang. Tapi 2,5 bulan kemudian kanker yang dialaminya kambuh kembali. Kondisi ini diketahui setelah ia melakukan cek darah untuk mengetahui berapa jumlah sel darah putihnya.
"Dua hari kemudian, saya menemui konsultan yang menyatakan saya bisa dikemoterapi lagi sekarang dan menjaga saya agar tetap merasa nyaman sampai saya mati," ujar Natalie (34 tahun), seperti dikutip dari The Sun, Kamis (17/3/2011).
Meski demikian tunangannya Andy (48 tahun) tidak putus asa dan mulai melakukan riset secara online tentang jenis leukemia yang dialami oleh Natalie. Andy menghabiskan waktu berjam-jam untuk mengirim email dan mencari bantuan, tapi sebagian besar balasan yang diterimanya membawa kabar buruk.
"Saat itu kami mulai menghadapi kemungkinan yang mengerikan bahwa memang tidak ada pertolongan untuk Natalie dan akhirnya ia akan mati," ujar Andy.
Namun pada dini harinya ia mendapat email dari seorang teman di California yang memberikan rincian suatu percobaan di Jerman yang cocok dengan diagnosis Natalie. Seketika itu ia mengirim email ke konsultan hematologi di Jerman dan dokter mengungkapkan bahwa Natalie bisa bergabung dalam studi tersebut.
Karena jumlah sel darah putihnya tinggi, maka Natalie harus terbang dalam posisi terlentang dan menerima oksigen selama penerbangan untuk mengurangi risiko deep vein thrombosis (DVT).
Sesampai di Jerman, Natalie ikut dalam percobaan tersebut dan diberikan obat blinatumomab. Obat ini bekerja dengan cara menempel di sel-sel leukimia kemudian mengaktifkan sistem kekebalan tubuh untuk menghancurkannya.
Dua hari setelah pengobatan dimulai hasil tes menunjukkan bahwa tidak ada leukemia yang tersisa di aliran darah, tapi berpindah ke sumsum tulangnya. Lalu ia melakukan biopsi sumsum tulang, diberi obat kembali dan 5 hari kemudian ia mendapat kabar gembira bahwa sel leukemianya sudah berkurang.
"Ini seperti hadiah Natal terbaik yang bisa dimiliki oleh saya dan keluarga," ujar Natalie.
Natalie masih harus membawa obat dan pompa kecil dalam sebuah tas bahu. Obat ini akan terus menerus dikonsumsi selama 4 minggu. Setelah itu ia akan beristirahat selama 2 minggu sebelum melanjutkan proses berikutnya.
"Dibandingkan dengan kemoterapi yang memiliki efek samping mengerikan, pengobatan ini seperti berkah. Saya mendapatkan kembali kekuatan yang luar biasa dan tim dokter berhasil menyelamatkan nyawa saya," ungkapnya.
Blinatumomab merupakan antibodi yang memiliki 2 lengan. Satu lengan akan memegang sistem kekebalan tubuh dan lengan lainnya menangkap sel-sel leukemia. Kemudian sel-sel kekebalan ini akan menyerang dan membunuh sel-sel leukemia yang ada.
"Pengujian ini masih dalam tahap awal dan kita tidak tahu apakah ini akan berguna untuk berbagai jenis leukemia lainnya atau tidak. Karena itu uji klinis yang dilakukan di Jerman sangat penting untuk mengetahui apa yang bisa dan tidak bisa dilakukan oleh obat ini," ujar Ken, klinis dari Beat Blood Cancer.
Para ahli belum mengetahui apakah obat ini akan menjadi pengobatan rutin untuk leukemia atau tidak. Namun hasil yang didapatkan oleh Natalie bisa memberikan tekad dan semangat pada penderita kanker di seluruh dunia.
No comments:
Post a Comment